Ketika
orde baru berkuasa, mempertimbangkan peningkatan penduduk Indonesia
yang dirasa cukup luar biasa secara kuantitas dan bukan kualitas maka
pemerintah saat itu meluncurkan program KB dengan semboyan yang sangat
terkenal “Dua anak cukup”, kalau menurut saya program KB ini hanya bisa
mengerem tingkat pertumbuhan penduduk tapi tak bisa menghentikan tingkat
pertumbuhan penduduk, padahal saat itu kampanyenya sedemikian massif,
tersetruktur dan didukung budget luar biasa besar karena sampai membuat
lembaga khusus BKKBN.
Ada
beberapa hal mendasar yang menurut saya kenapa program KB tak akan
pernah tuntas mengatasi masalah pertumbuhan penduduk sehingga tak
efektif dan efisien digunakan :
1. Program
KB harus dikampanyekan selamanya, begitu lupa dikampanyekan maka
masyarakat akan lupa. Konsekuensi dari kampanye selamanya tentu akan
membutuhkan budget yang luar biasa besar dan selamanya juga.
Konsekuensinya kita tak pernah akan lolos dengan lingkaran setan
pembiayaan program KB.
2. Program
KB hanya akan efektif jika disertai konsekuensi bagi pelanggar seperti
halnya di China, tanpa itu laju pertumbuhan penduduk hanya bisa direm
sesaat tapi tak bisa dicegah. Hanya saja dari pengalaman diChina hal ini
juga rentan disalah gunakan : Di China ada pembatasan 1 anak cukup
kecuali anak tersebut cacat – karena mempertimbangkan penerus nama
keluarga, padahal disana banyak yang berharap anaknya laki – laki
sehingga banyak praktek anak perempuan dibikin cacat secara sengaja
sebagai alasan bisa beranak lagi untuk memperoleh anak laki – laki.
Secara moral dan HAM, tentu kita tak ingin praktek seperti ini akan
berlangsung diIndonesia jika ada sanksi yang berlaku tentunya.
3. Program
KB secara budget tak akan pernah efisien sebab mengharuskan adanya
kampanye secara berkesinambungan yang tentunya akan memakan porsi APBN
yang sangat besar.
4. Program
KB hanya efektif sesaat dan hanya mampu mengerem laju pertumbuhan
karena tak menyentuh akar persoalan dan tak mengkondisikan kenapa
seseorang cukup beranak sedikit.
Lantas
adakah cara yang lebih efektif dan efisien yang bisa digunakan untuk
tidak hanya menekan laju pertumbuhan penduduk bahkan meningkatkan
kesejahteraan bangsa? Menurut saya ada, yaitu Pendidikan.
Kenapa Pendidikan lebih saya rekomendasikan daripada kampanye program KB, tentu ada beberapa alasannya :
1. Dinegara
– Negara maju tingkat pendidikan yang tinggi berkorelasi pada turunnya
angka kelahiran dan tentunya kenaikan jumlah penduduk yang menjadi
negatif.
2. Semakin
tinggi pendidikan rakyat maka semakin memperlama usia menikah dan
melahirkan, karena berkarir dulu dan rasa tanggung jawab pada anak,
sehingga tanpa perlu kampanye KBpun mereka akan berfikir punya anak
sedikit saja, kecuali kalau memang mampu.
3. Kalaupun
jumlah anak tetap banyak, dengan pendidikan yang tinggi akan
berkorelasi pada kesadaran menghasilkan anak berkualitas tinggi,
memperhatikan kualitas pendidikan anaknya dan punya anak banyak juga
karena kesadaran dia tetap mampu untuk memperhatikan kualitas anaknya,
bukan karena seperti orang jaman dulu yang penting punya anak banyak.
4. Pendidikan
secara budget juga akan lebih efektif dan efisien karena cukup
berkonsentrasi pada generasi pertama (seperti MLM), ketika Negara
berhasil meningkatkan tarap pendidikan orang tuanya yang berkorelasi
dengan meningkatkan kesejahteraan, maka pendidikan selanjutnya budgetnya
akan ditanggung ortu tersebut pada anaknya dan bisa dialihkan fokusnya
kekeluarga lain. Contohnya, Negara memberi beasiswa pada anak tak mampu
misal menjadi guru atau dokter, kedepan Negara tak perlu focus membiayai
anak siguru atau dokter sebab mereka pasti akan membiayai anaknya dan
punya anak sesuai kemampuannya. Bandingkan dengan budget program KB,
harus mengingatkan ortunya, anaknya, cucunya dan seterusnya karena harus
dikampanyekan selamanya.
Dari
perbandingan diatas, saya berpendapat justru orde baru menggulirkan
program yang salah ketika berkonsentrasi pada program KB dan kemudian
malah melupakan program pendidikan yang menurut saya jauh lebih efektif
dan efisien menyelesaikan masalah kependudukan. Orde baru begitu fokus
pada KB sampai membuat BKKBN dan kampanye massif yang tentu membutuhkan
budget besar dan hanya memberikan budget APBN dibidang pendidikan yang
sangat teramat sedikit (APBN 20% untuk pendidikan baru ada diera SBY,
yang menurut saya juga masih sangat kurang). Bayangkan jika seluruh
budget kampanye KB digunakan untuk pendidikan, bisa – bisa kita tak
perlu pusing soal ledakan penduduk dan malah mendorong naiknya angka
kelahiran seperti dinegara maju.
0 komentar:
Posting Komentar